Perbandingan Matan Siroh Nabi Muhammad sollallohu ‘alahi wa sallam. Fungsinya 1. Muhadditsin untuk melakukan penelitian Hadis adalah mengetahui peristiwa yang melatar belakangi munculnya suatu hadis (asbab wurud al-hadits). 2. Sebenarnya, asbab wurud al-hadits tidak ada pengaruhnya secara langsung matan kualitas suatu hadis. 3. Namun yang tepat adalah mengetahui asbab wurud mempermudah memahami kandungan hadis. 4. Mengetahui asbab wurud hadis dalam melakukan kritik hadis akan mempersempit wilayah kajian 5. Karena sangat sedikit hadis yang diketahui memiliki asbab wurud. 6. Oleh karena itu, tema pembahasan ini dinamakan pendekatan sejarah atau siroh Nabi Muhammad sollallohu ‘alahi wa sallam. Fungsi asbab wurud al-hadis ada tiga. a. Pertama, menjelaskan makna hadis melalui tahshish al-‘am, taqyid al-muthlaq, tafsil al-mujmal, al-nasikh wa al-mansukh, bayan ‘illat al-hukum, dan tawdhih al-musykil. b. Kedua, mengetahui kedudukan Rasulullah pada saat kemunculan hadis, apakah sebagai Rasul, sebagai qadhi dan mufti, sebagai pemimpin suatu masyarakat, atau sebagai manusia biasa. c. Ketiga, mengetahui situasi dan kondisi masyarakat saat hadis itu disampaikan.
|
Contohnya hadis tentang orang Islam membunuh orang kafir. Hadis ini terdapat dalam Shahih Al-Bukhari kitab al-Diyat, bab La yaqtul al-Muslim bi al-kafr Hadis Mauquf
Catatan
1. Dalil perlunya mengetahui siroh Nabi adalah QS Ali ‘Imron 3 :79 :
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ (79
79. tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani[208], karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. [208] Rabbani ialah orang yang sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah s.w.t.
2. Maka penting ada Mata Kuliah Siroh Nabawi
Hadis Riwayat al-Bukhori
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا مُطَرِّفٌ أَنَّ عَامِرًا حَدَّثَهُمْ عَنْ أَبِي جُحَيْفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قُلْتُ لِعَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ مِنْ الْوَحْيِ إِلَّا مَا فِي كِتَابِ اللَّهِ قَالَ لَا وَالَّذِي فَلَقَ الْحَبَّةَ وَبَرَأَ النَّسَمَةَ مَا أَعْلَمُهُ إِلَّا فَهْمًا يُعْطِيهِ اللَّهُ رَجُلًا فِي الْقُرْآنِ وَمَا فِي هَذِهِ الصَّحِيفَةِ قُلْتُ وَمَا فِي الصَّحِيفَةِ قَالَ الْعَقْلُ وَفَكَاكُ الْأَسِيرِ وَأَنْ لَا يُقْتَلَ مُسْلِمٌ بِكَافِرٍ
(BUKHARI - 2820) : Telah bercerita kepada kami Ahmad bin Yunus telah bercerita kepada kami Zuhair telah bercerita kepada kami Muthorrif bahwa 'Amir bercerita kepada mereka dari Abu Juhaifah radliallahu 'anhu berkata, aku bertanya kepada 'Ali Radliallahu 'anhu; "Apakah kalian menyimpan wahyu lain selain yang ada pada Kitab Allah?". Dia menjawab; "Tidak. Demi Dzat Yang Menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan Yang Menciptakan jiwa, aku tidak mengetahuinya kecuali pemahaman yang Allah berikan kepada seseorang tentang Al Qur'an dan apa yang ada pada shahifah ini". Aku bertanya; "Apa yang dimaksud matan shahifah itu?". Dia menajwab; "Membayar diat, membebaskan tawanan, dan jangan sampai seorang muslim terbunuh oleh orang kafir".[1]
Hadis ini dikuatkan 8 jalur sanad. Masing-masing terdapat dalam:
1. Shahih Al-Bukhari 3 jalur,
2. Sunan Ad-Tirmidzi 1 jalur,
3. Sunan An-Nasa’i 1 jalur,
4. Musnad Ahmad 2 jalur,
5. sunan ad-Darimi 1 jalur sanad
6. Kedelapan jalur sanad tersebut semuanya mauquf.[2] Sementara menurut Muhammad Al-Ghazali hadis ini berkualitas shahih. Hadis mauquf adalah hadis yang diriwayatkan sahabat yang disandarkannya kepada Nabi. Hadis mauquf= atsar
Dalam hal ini Muhammad Al-Ghazali keliru dalam menilai hadis satu ini.
1. Di dalam kitabnya, ia mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih[3].
2. Padahal, tidak ada sanad hadis tersebut yang memenuhi kriteria kesahihan sanad hadis.
3. Penulis tidak tahu apakah Muhammad al-Ghazali betul-betul telah menelitinya atau mengutip dari kitab fiqh?
Tanggapan sebahagian Ulama
1. Di kalangan ulama ada yang tidak mengamalkan hadis ini. Di antaranya adalah Abu Hanifah. Ia menolak hadis ini bukan karena sanadnya lemah, tetapi ia menolaknya karena hadis ini dianggap bertentangan dengan siroh atau sejarah Nabi dan sahabat
2. Di dalam sejarah disebutkan bahwa apabila kaum kafir memerangi kaum muslimin, maka kaum muslimin diperintahkan memeranginya
3. Jika ia atau kapir terbunuh, tidak ada hukuman apa pun atas pembunuhan itu bagi muslimin yang membunuhnya
4. Berbeda matan ahl al-zimmi (orang kafir yang terikat perjanjian keamanan dengan kaum muslimin).
5. Apabila seorang membunuhnya, maka ia dijatuhi hukum qishash. Berarti bukan dalam kondisi perang
Hadis yang diteliti tidak:
1. Memenuhi kriteria kesahihan hadis, baik dari segi sanad maupun dari segi Matan hadis
2. Dari segi sanad hadis di atas mauquf tidak mencapai derajat marfu’ ( disandarkan kepada Nabi, hanya sampai sahabat)
3. Dari segi Matan pendekatan sejarah, hadis tersebut tidak menggambarkan praktik hukum Rasulullah dengan alasan di mana sahabat Nabi termasuk manusia pilihan pada zaman itu, karena mereka jamin ahli sorga dalilnya suroh al-Waqi’ah ayat 7-14 sebagai berikut:
وَكُنْتُمْ أَزْوَاجًا ثَلَاثَةً (7) فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ (8) وَأَصْحَاب الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ (9) وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ (10) أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ (11) فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (12) ثُلَّةٌ مِنَ الْأَوَّلِينَ (13) وَقَلِيلٌ مِنَ الْآَخِرِينَ (14)
7. dan kamu menjadi tiga golongan.
8.Yaitu golongan kanan[1448]. Alangkah mulianya golongan kanan itu.
9. dan golongan kiri[1449]. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.
10. dan orang-orang yang beriman paling dahulu,
11. mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah.
12. berada dalam jannah kenikmatan.
13. segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,
14.dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian[1450][4] [1448] Ialah mereka yang menerima buku catatan amal matan tangan kanan. [1449] Ialah mereka yang menerima buku catatan amal matan tangan kiri. [1450] Yang dimaksud adalah umat sebelum Nabi Muhammad dan umat sesudah Nabi Muhammad sollallohu ‘alahi wa sallam.
4. Para sahabat orang yang diridhoi oleh Alloh swt, bahkan sampai tabi’in, dalilnya QS at-Taubah 9:100
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (100)
100. orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.
5. Maksud pengikutnya adalah muridnya yaitu Tabi’in
6. Untuk jelasnya kita ikuti uraian berikut:
Analisis QS at-Taubah 9:100
1. Maksud dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik adalah generasi setelah muhajiri dan ansor (sahabat Nabi)
2. Maksud mengikuti tentu mengikuti hadis aqwal dan af’al serta taqrir Nabi dengan baik dan sempurna
3. Dalam ilmu hadis, hadis yang langsung dikatakan Nabi disebut hadis marfu’ dan hadis yang dikatakan sahabat didasarkan perkataan Nabi disebut mauquf, sedangkan hadis maqthu’ adalah hadis yang dikatakan Tabi’in yang didasarkan kepada Nabi
4. Generasi berikutnya yakni tabi’in tabi’in tidak boleh disebut hadis, boleh disebut ijitihad, hal ini dijelaskan Nabi sebagai berikut:
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو جَمْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ زَهْدَمَ بْنَ مُضَرِّبٍ قَالَ سَمِعْتُ عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرُكُمْ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ قَالَ عِمْرَانُ لَا أَدْرِي أَذَكَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدُ قَرْنَيْنِ أَوْ ثَلَاثَةً قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ بَعْدَكُمْ قَوْمًا يَخُونُونَ وَلَا يُؤْتَمَنُونَ وَيَشْهَدُونَ وَلَا يُسْتَشْهَدُونَ وَيَنْذِرُونَ وَلَا يَفُونَ وَيَظْهَرُ فِيهِمْ السِّمَنُ
(BUKHARI - 2457) : Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah menceritakan kepada kami Abu Jamrah berkata,, aku mendengar Zahdam bin Mudharrib berkata; aku mendengar 'Imran bin Hushain radliallahu 'anhuma berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah yang hidup pada zamanku (generasiku atau sahabat) kemudian orang-orang yang datang setelah mereka (tabi’in) kemudian orang-orang yang datang setelah mereka (tabi’in tabi’in)". 'Imran berkata: "Aku tidak tahu apakah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan lagi setelah (generasi beliau) dua atau tiga generasi setelahnya". Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya setelah kalian akan ada kaum yang suka berkhianat (sehingga) mereka tidak dipercaya, mereka suka bersaksi padahal tidak diminta persaksian mereka, mereka juga suka memberi peringatan padahal tidak diminta berfatwa dan nampak dari ciri mereka orangnya berbadan gemuk-gemuk".
Hadis hanya sampai tabi’in saja sebagai berikut:
و حَدَّثَنِي الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ حَدَّثَنَا أَزْهَرُ بْنُ سَعْدٍ السَّمَّانُ عَنْ ابْنِ عَوْنٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبِيدَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ فَلَا أَدْرِي فِي الثَّالِثَةِ أَوْ فِي الرَّابِعَةِ قَالَ ثُمَّ يَتَخَلَّفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ
(MUSLIM - 4601) : Dan telah menceritakan kepadaku Al Hasan bin 'Ali Al Hulwani; Telah menceritakan kepada kami Azhar bin Sa'ad As Samman dari Ibnu 'Aun dari Ibrahim dari 'Abidah dari 'Abdullah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya lagi, -aku tidak tahu beliau menyebutkan generasi setelah beliau tiga kali atau empat kali.- lalu beliau bersabda lagi: 'kemudian akan datang generasi setelah mereka yang mana persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya, atau sebaliknya.'
Penguat sampai tabi’in
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ قَالَ أَنْبَأَنَا ح و حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ زُرَارَةَ بْنِ أَوْفَى عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرُ أُمَّتِي الْقَرْنُ الَّذِينَ بُعِثْتُ فِيهِمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ وَاللَّهُ أَعْلَمُ أَذَكَرَ الثَّالِثَ أَمْ لَا ثُمَّ يَظْهَرُ قَوْمٌ يَشْهَدُونَ وَلَا يُسْتَشْهَدُونَ وَيَنْذِرُونَ وَلَا يُوفُونَ وَيَخُونُونَ وَلَا يُؤْتَمَنُونَ وَيَفْشُو فِيهِمْ السِّمَنُ
(ABUDAUD - 4038) : Telah menceritakan kepada kami Amru bin Aun ia berkata; telah memberitakan kepada kami. (dalam jalur lain disebutkan) Musaddad ia berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Qatadah dari Zurarah bin Aufa dari Imran bin Hushain ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baik generasi adalah generasi saat aku diutus di dalamnya, kemudian generasi setelah mereka, kemudian generasi setelah mereka -Perawi berkata; 'Hanya Allah yang tahu, apakah beliau menyebutkan yang ketiga atau tidak'-. Setelah itu akan muncul orang-orang yang memberikan persaksian padahal mereka tidak diminta, berjanji namun tidak menepatinya, mereka suka melakukan khianat, tidak amanat dan menyebar di antara mereka kegemukan."
5. Penguat sampai tabi’in adalah ayat suroh at-Taubah ayat 100, yakni potongan ayat وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ
6. Kata اتَّبَعُوهُمْ adalah fi’il madhi aratinya kata kerja bentuk masa lampau, tidak akan berlanjut seperti bentuk fi’il mudhori’ bentuk kata kerja berkelanjutan
7. Berarti hanya pada tingkat tabi’in saja
Nomor |
Matan Perowi abad 1-3 |
Matan Perowi abad 4 dst |
Hujjah |
Tidak hujjah |
1 |
Ada kualitas sanadnya Sohih atau hasan |
Ada kualitas sanadnya Sohih atau hasan |
Hujjah kuat |
- |
2 |
Ada kualitas sanadnya Sohih atau hasan |
Tidak ditemukan |
Hujjah kuat |
- |
3 |
Tidak ditemukan |
Ada kualitas sanadnya Sohih atau hasan |
Harus dicarai matan yang ada kaitannya dengan abad 1-3, jika ada hujjah jika tidak maka tidak boleh hujjah |
|
4 |
Ada kualitas sanadnya Sohih atau hasan |
Ada tambahannya |
Hujjah tetapi dibuang tambahannya |
- |
5 |
Ada kualitas sanadnya doif |
Ada kualitas sanadnya Sohih atau hasan |
Hujjah hadis hasan lighorih |
- |
6 |
Ada kualitas sanadnya Sohih atau hasan |
Ada kualitas sanadnya doif |
Hujjah sohih lighorih |
- |
7 |
Ada kualitas sanadnya doif |
Ada kualitas sanadnya doif |
Hujjah hasan lighorih |
- |
8 |
Tidak ditemukan |
Tidak ditemukan |
Tetapi perlu ada jawabannya, maka ijtihad kolektif para ahli yang dibutuhkan, berdasarkan eksperimen, dan syartanya jangan bertentangan dengan makna umum Alquran dan hadis. Hasil ijtihad mengacu kepada mashlahatnya. Dalilnya QS al-Baqoroh 219: يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ (219) 219. mereka bertanya kepadamu tentang khamar[136] dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir, [136] Segala minuman yang memabukkan. Analisis 1. Jika satu masalah harus dipertimbangkan mana lebih besar antara positif dan negatinya (halal dan haram) 2. Jika lebih besar positifnya maka boleh diamalkan 3. Jika lebih besar negatifnya maka haram diamalkan, seperti khomar lebih besar negatifnya maka hukumnya haram 4. Namun boleh diminum saat mudarat (tidak ada minuman kecuali khomar yang diperoleh, maka ketika itu halal, Karena jika diminum maka negatifnya lebih besar yakni mati kehausan dan penyakit lainnya dalilnya QS al-Maidah 5:3
|
|
Analisis Tingkat Tabiin Tabiin dan Syaikhul Musonnif
1. Penjelasan hadis di atas bahwa urutan ketiaga tidak diketahui apakah disebutkan Nabi atau tidak
2. Karena sifat manusia sudah banyak berubah dari yang benar seperti sifat:
a. Muncul orang-orang yang memberikan persaksian padahal mereka tidak diminta,
b. Berjanji namun tidak menepatinya,
c. Mereka suka melakukan khianat,
d. Tidak amanat
e. dan menyebar di antara mereka kegemukan
3. Demikian hadis riwayat pada tingkat tabiin tabiin, masih disebut hadis maqthu’ yang disandarkan mereka kepada Nabi bukan pendatanya sendiri namun sangat perlu diteliti jarah (tercela) wa ta;dilnya (pujian)
4. Selanjutnya syaikh (guru) musonnif (penyusun hadis) atau perowi, atau pembuku hadis atau sanad terakhir, dimana perowi mmeneliti hadis dari mereka untuk dibukukan, namun sangat perlu diteliti jarah (tercela) wa ta;dilnya (pujian), sehingga namanya sampai sekarang ada , Shohih, sunan, musnad, mushonnaf
Tugas ulama sekarang dan seluruh umat, mengumpulkan semua matan hadis seluruh perowi namun sangat perlu diteliti jarah (tercela) wa ta’dilnya (pujian)
[1] Kitab 9 Imam Hadist : Sumber : Kitab Bukhari: Jihad dan penjelajahan Bab : Membebasakan tawanan No. Hadist : 2820, Lidwa Pusaka i-Software: www.lidwapustaka.com
[2] Para ulama berbeda pendapat tentang kehujahan hadis mauquf. Ada ulama yang menjadikan hadis mauquf sebgai hujjah dan ada juga ulama yang tidak menggunakan hujah hadis mauquf. Dalam hal ini Al-Syafi’i mempunyai dua pendapat: 1) kalau hadis mauquf yang tidak populer dikalangan sahabat berarti hadis tersebut bukan ijma’ sahabat, 2) hadis mauquf tidak dapat dijadikan hujjah. Lihat, T.M Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), cet, ke-6, hlm.196
[3] Muhammad Al-Ghazali, Al-Sunnah al-Nabawiyah, op.cit., hlm.24.
[4] QS. al-Waqi’ah ayat 7-14
No comments:
Post a Comment